Kamis, 13 Oktober 2011

Kesehatan Reproduksi Remaja


 


Kesehatan Reproduksi adalah keadaan sehat baik secara fisik, mental, maupun sosial yang berkaitan dengan sistem reproduksi. Sistem Reproduksi terdiri dari alat-alat reproduksi laki-laki dan perempuan serta fungsinya. Reproduksi sehat berkaitan dengan pengetahuaan, sikap, dan perilaku seseorang berkaitan dengan alat reproduksi dan fungsi-fungsinya serta gangguan-gangguan yang mungkin timbul. Erat kaitannya dengan reproduksi adalah seksualitas.

Seks bebas atau dalam bahasa populernya disebut extra-marital intercouse atau kinky-seks merupakan bentuk pembebasan seks yang di pandang tidak wajar. Tidak terkecuali bukan saja oleh agama dan negara, tetapi juga oleh filsafat. Ironinya perilaku itu nyatanya cenderung disukai oleh anak muda, terutama kalangan remaja yang secara bio-psikologis sedang tumbuh menuju proses pematangan. Pada tahap ini remaja biasanya lemah dan penggunaan alat panaptikon dirinya, yakni lemah dalam penggunaan nilai-nilai, norma dan kepercayaan, atau dalam perspektif Freudian disebut superego, maka kecenderungan yang ada mereka lebih suka bertindak ceroboh, trial dan error. Hanya sekedar memenuhi tabiat aktualisasi sin yang berlebihan, ia rela mengorbankan moralitasnya untuk memenuhi kehendak mendapatkan pujian dari kelompok referensinya. Di sinilah pentingnya pendidikan seks yang lebih transparan dan bertanggung jawab, untuk menghindari munculnya bentuk pembebasan seks liberal di luar kendali superego

Pengetahuan dasar yang harus diberikan dalam memberikan pendidikan kesehatan reproduksi yaitu :
1. Pengenalan mengenai sistem, proses, dan fungsi alat reproduksi (aspek tumbuh kembang remaja)
2. Mengapa remaja perlu mendewasakan usia kawin serta bagaimana merencanakan kehamilan agar sesuai dengan keinginannya dan pasangannya
3. Penyakit Menular Seksual (PMS) dan HIV/AIDS serta dampaknya terhadap kondisi kesehatan reproduksi
4. Bahaya narkoba dan miras pada kesehatan reproduksi
5. Pengaruh social dan media terhadap perilaku seksual
6. Kekerasan seksual dan bagaimana menghindarinya
7. Mengembangkan kemampuan berkomunikasi termasuk memperkuat kepercayaan diri agar mampu menangkal hal-hal yang bersifat negatif
8. Hak-hak reproduksi

Setiap orang lahir membawa hak reproduksi dan seksual yang harus dihormati secara universal. Hak-hak reproduksi dan seksual remaja terdiri dari :
- Hak untuk menjadi diri-sendiri Yaitu membuat keputusan, mengekspresikan diri, menjadi aman, menikmati seksualitas dan memutuskan apakah akan menikah atau tidak.
- Hak untuk tahu Mengenai hak reproduksi dan seksual, kesehatan reproduksi dan seksual, termasuk kontrasepsi, Infeksi Menular Seksual (IMS) dan HIV/AIDS, serta anemia.
- Hak untuk dilindungi dan melindungi diri Dari kehamilan yang tidak direncanakan, aborsi tidak aman, IMS dan HIV/AIDS dan kekerasan seksual.
- Hak mendapatkan pelayanan kesehatan Secara bersahabat, menyenangkan, akurat, berkualitas dan dengan menghormati hak remaja.
- Hak untuk terlibat Terlibat dalam perencanaan, pelaksanaan, monitoring, dan evaluasi program remaja, serta mempengaruhi pemerintah dalam pembuatan kebijakan.

 Remaja perlu mengetahui kesehatan reproduksi agar memiliki informasi yang benar mengenai proses reproduksi serta berbaga faktor yang ada disekitarnya. Dengan informasi yang benar, diharapkan remaja memiliki sikap dan tingkah laku yang bertanggungjawab mengenai proses reproduksi. Setidaknya pendidikan tentang kesehatan reproduksi itu sendiri sudah diberikan sejak kecil.
Di Indonesia masyarakat tidak dibiasakan mendapatkan pendidikan seks sejak kecil. Pendidikan seks yang diberikan secara tiba-tiba setelah mereka besar tidak akan efektif. Kebanyakan orangtua mengajari anaknya mengenal anggota tubuh, tetapi payudara dan alat kelamin tidak pernah disebutkan karena masih dianggap tabu. Padahal sejak lahir anak-anak telah memiliki alat seksualitas yang melekat pada diri mereka. Apabila sejak kecil pikiran anak telah dirancang dengan baik dan stabil, mereka akan mudah menerima pendidikan kesehatan reproduksi. Makin beragamnya sumber-sumber informasi seks tidak menjamin bahwa kecenderungan perilaku seks remaja akan menurun. Namun karena isi informasi yang disampaikan masih bersifat remang-remang dan tidak jelas, maka justru berdampak paradoksal. Bukan munculnya perilaku seks remaja yang makin bijak, tetapi sebaliknya malah mempertinggi kecenderungan perilaku seks bebas. Perilaku seksual adalah perilaku yang muncul karena dorongan seksual. Perilaku seksual bermacam-macam mulai dari berpegangan tangan, pelukan, kissing, necking, petting dan sampai intercourse. Perilaku seksual diibaratkan seperti bola salju yang sekali dilepaskan dari atas bukit akan semakin membesar terus dan susah untuk dihentikan. Begitulah fenomena yang terjadi pada remaja saat ini, pacaran dimulai dengan perilaku yang sederhana seperti pegangan tangan sampai pada yang kompleks seperti intercourse yang tidak mereka sadari. Ibarat ketika perilaku pegangan tangan sudah tidak bisa mentoleransi gaya pacaran mereka, mereka akan berlanjut ke perilaku ciuman dan tidak mustahil mereka baru menyadari jika mereka sudah melakukan hubungan seksual

 Berbicara tentang seks tidak akan terlepas dari Narkoba dan Miras, karena ketiganya sangat berhubungan sekali dan biasa disebut “Triangle”. Banyak yang mengira jika menggunakan narkoba akan meningkatkan fungsi seksual, padahal itu semua tidak benar. Banyak warga masyarakat yang telah tertipu oleh informasi yang salah yang sangat mungkin disebarkan oleh para pedagang narkoba. Begitu pula dengan yang mengkonsumsi minuman keras. Mereka akan mengira dengan minum miras akan meningkatkan gairah seksual mereka, padahal yang sebenarnya terjadi sebaliknya pengaruh dari miras tersebut hanya sesaat saja dan tidak meningkatkan gairah seksual diri mereka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar